27 oktober 2007
Aku tidur dengan rasa cemburu yang sedikit menyeruak dari hati. Sampai larut malam ini istriku belum kembali dari perginya. Dia berjanji hanya keluar dengan teman teman Sma-nya dulu,tapi nyatanya sampai jam segini belum kudapat balasan dari 8 pesan singkat yang kukirim padanya. Ada apa ini?
20 oktober 2007,seminggu yang lalu.
Ketika pagi hari menemaniku dalam menikmati secangkir teh kesukaan. Dengan ditemani alunan blues yang mengalun indah dari radio tua kesayanganku. Istriku,seperti biasanya,masih saja terlelap dalam mimpi mimpinya yang takpernah bisa kutaksir. Sejenak heningku terusik ketika kudapati telpon genggam istriku bergetar. Aneh,pikirku,selama 3 tahun kita bersama,baru kali ini dia menyetel telpon genggamnya dalam kondisi ''getar''. Aku membuka pesan singkat yang ada didalamnya,tertera nomor yang tak dikenal. Pesan singkat itu berisi,
''hei,jangan lupa nanti malam ya?? xoxo''
Shock tak terkira aku mendapati bait terakhir pesan tersebut. Xoxo,dari yang kutahu,adalah tanda berpelukan. Agar tak membuat istriku curiga,kukembalikan lagi telpon genggamnya ditempat semula.
20 oktober 2007,pukul 8 malam
''Mau kemana bunda??'',tanyaku pada wanita yang kusayangi itu. ''sebentar ayah,bunda mau mengunjungi kawan lama bunda'',''ooh,sampai jam berapa??'',lanjutku. ''tidak lama kok,mungkin jam setengah sepuluh sudah sampai rumah'' tandasnya dengan senyum mengembang yang selalu menggodaku untuk melumat bibirnya yang mungil itu. ''ayah antar ya??'',''ah tidak usah ayah,ayah jaga rumah saja,takut ada pencuri''. ''Ada benarnya juga'',pikirku. ''yaudah hati hati ya bunda,cepat pulang'',''iya ayah,assalamualaikum'' jawabnya seraya mencium tanganku,lalu pergi menghilang seiring tertutupnya pintu itu.
Dan kembali aku sendiri,bertemankan televisi yang tak pernah henti menyiarkan acara humor sampah dan sinetron bualan mereka. Aku pun menghibur diriku dalam petikan senar yang kumainkan. Satu jam dua jam,ketika kumulai bosan,kutengok jam dinding. Jam sepuluh lewat limabelas. Pintu itu masih tertutup. ''ahh mungkin lagi macet'' pikirku. Aku pun bergegas ke dapur dan mengambil makanan,mengingat aku punya lambung untuk kuhidupi. Ketika selesai makan,kutengok jam. 12.30. Ini sudah terlalu larut bagi seorang wanita yang notabene istri orang untuk berkeliaran dengan orang lain,bahkan teman lamanya sendiri. Aku pun mengambil telpon genggamku dan menarikan jariku diatasnya. ''bunda,mau pulang jam berapa? Ayah sudah capek menunggu''. Pesan terkirim. Lima belas menit kemudian,pintu terbuka. ''maaf ayah,ditempat bunda tadi hujan,jadi harus menunggu reda'',''ooh,yaudah cepat ganti baju lalu istirahat gih''. Tak tahu lagi aku harus marah atau kasihan melihatnya basah kuyup seperti itu.
21 oktober 2007
Sama seperti pagi kemarin,hanya saja kini aku ditemani Ujang,anak tetanggaku yang kedua orangtuanya sering terlibat cekcok. ''ujang sudah sarapan??'',tanyaku. Dia pun menggeleng,''mama gak bisa masak om,ujang diberi uang 10000 untuk beli makan''. Sejenak aku terkesiap. ''jang,uangnya disimpan ya?? Yuk makan sama om'' jawabku dengan setulus senyuman. Matanya membelalak tak percaya,lalu tanpa banyak bicara aku membawanya ke dapurku dan mengambilkan sepiring nasi hangat dengan telur dadar buatanku,ditambah dengan sambal goreng kentang pemberian ibuku kemarin. ''ini jang,dimakan yaa?? Om mau ke kamar dulu''. Bocah itu mengangguk polos,sembari melanjutkan suapannya. Aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri,sehingga meninggalkannya didalam rumahku pun tidak jadi persoalan buatku.
Aku pun masuk ke kamar,mendapati istriku tengah terduduk. Terlihat matanya masih lemas tanda mengantuk. ''sayang,selamat pagi'',sambutku dengan senyum khasku untuknya. Dia selalu suka senyumku,namun tidak hari ini. Terlihat dalam wajahnya,murung. ''hey,ada apa?'',tanyaku,khawatir. ''tidak ayah,bunda hanya takut saja ayah marah'',''loh marah kenapa bunda? Cerita saja'',ujarku. ''bunda mau bertemu kembali dengan teman teman bunda'',''oh hanya itu? Yaudah gakpapa bunda,mau ayah temani??'',''ah tidak usah ayah,bunda tau ayah capek semalam menunggu bunda,biar bunda pergi sendiri saja'',lanjutnya dengan tersenyum. Salut sekali aku dengan wanita satu ini,dia memang idaman semua pria. Parasnya yang cantik itu menambah sayangku padanya,perilakunya,tutur katanya yang halus,perangainya yang tidak pernah mengecewakanku. Aku lebih dari beruntung bisa mempersunting dia. Dia lalu berjalan pelan menuju kamar mandi,dan mulai terdengar suara basuhan basuhan mandinya. Aku pun terduduk disamping kasurku. Sembari iseng membuka telepon genggam istriku. Satu pesan baru,tertulis jelas di layar utama. Aku membukanya.
''hei,maaf ya soal kemarin,aku janji hari ini akan berbeda dari kemarin. Miss you''.
Lebih dari terkerjap,hampir saja kubanting telpon genggam itu ditanah. Namun mengingat adanya ujang,aku urungkan niatku. Kukembalikan telpon genggamnya seperti semula,sesaat kemudian dia keluar dari kamar mandi. Hanya berbalut handuk,membuat siapa saja pria yang sekamar dengannya pasti tergoda. ''bunda mau pergi jam berapa??'',tanyaku. ''sebentar lagi ayah,ini bunda mau bersiap'',jawabnya. Aku pun terdiam,berpikir,apa mungkin istriku ini,yang selama hidupnya berkata akan membaktikan hatinya padaku,berselingkuh?? Aku singkirkan pikiran bodoh itu jauh jauh. ''ayah,bunda berangkat dulu yaa,assalamualaikum'',ucapnya sembari mencium tanganku. ''waalaikumsalam'',aku hanya bisa pasrah melihat wanita itu kembali pergi,seiring tertutupnya pintu itu.
Ketika kembali ke dapur,kudapati ujang sudah menyelesaikan makannya. ''udah jang gak usah dicuci piringnya,taruh saja disitu'',ucapku seraya menunjuk ke meja. ''jangan om,kata pak ustad,kita harus membalas kebaikan orang yang sudah baik kepada kita''. Terkesiap aku,tak kupercaya,bocah berumur 7 tahun ini baru saja berbijak ria padaku. Aku saja sudah tak ingat kapan terakhir kali aku berbincang dengan ustad muda itu,ustad yang suka membaktikan dirinya untuk memberikan pelajaran pelajaran moral pada anak anak desa ini.''Begitu mulia'',pikirku.
Jam dinding masih menunjukkan pukul 9 pagi,namun mataku seakan tak berkompromi. Aku pun meninggalkan ujang,dan berlalu ke sofa di ruang keluarga. Aku merebahkan tubuhku disitu. ''Ahh nikmatnya pagi ini'',batinku.
Entah sudah berapa lama aku terlelap,sampai si Ujang membangunkanku. ''om,ujang pulang dulu ya,sudah maghrib,takut dimarahi papa'',''oh iya jang,salam ya ke papa mama'',bocah itu mengangguk sembari mencium tanganku,lalu pergi menutup pintu yang semula terbuka. Aku kembali terlelap. Namun lelapku tak nyenyak. Baru kusadari kalau ini sudah masuk waktu maghrib. Aku terduduk,lalu pergi ke kamar mengambil sarung. Terbersit di otakku sesuatu hal yang sudah jarang aku lakukan. Ya,aku akan sholat maghrib di masjid. Kulangkahkan kakiku,menyapa para tetanggaku yang sedang duduk duduk bersantai,menikmati senja.
Sampailah aku di masjid,setelah mengambil air wudhu,aku lalu baris di shaf yang sudah terbentuk. Masjid yang besar ini,hanya berisi 2 shaf saja. Itupun kebanyakan diisi oleh anak anak kecil yang sudah selesai mengaji di masjid itu. ''aneh'',kataku dalam hati.
''.. Allahu akbar..''
Kembali aku berjalan menuju istanaku,rumah hasil patunganku bersama istriku. Tak besar memang,tapi cukup untuk memberi keteduhan dalam diri kita berdua. Ketika aku membuka pintu,pintu masih terkunci,sama seperti aku meninggalkannya tadi. ''assalamualaikum..'',ucapku setengah berteriak. Sunyi. Tak ada jawaban. Kususuri seisi rumah,namun tak kudapati bidadariku itu. ''kemana dia?'',batinku. Kembali aku meraih telpon genggamku,dan mengetikkan beberapa kalimat di layarnya. ''bunda,sudah sholat maghrib?? Kok belum pulang juga?? Masih lama ya??''. Pesan terkirim.
Pintu terbuka ketika jarum jam berhenti di angka 9. ''assalamualaikum'',ucapnya. Lirih,pelan. Aku pun melangkah menuju istriku. Dia terlihat capek sekali. ''maaf ayah,bunda tadi..'',''ssshhhh...'',bisikku seraya menempelkan telunjukku pada bibirnya. Kugendong dia menuju tempat istirahat kami. Kulepas sepatunya. Dan kubiarkan dia terlelap. Tak pernah kulihat istriku seletih ini.
Hari hari selanjutnya seakan rekaman dari hari ini. Istriku kembali pergi dengan kawan lamanya,dan aku kembali terduduk sendiri di depan televisi. Kadang ditemani ujang,namun hanya sebentar,mengingat dia yang besok harus bersekolah. Aneh memang,aku yang tidak bekerja ini bisa berkecukupan hidupnya. Sebelum ini,aku adalah pebisnis muda yang bergerak dibidang makanan. Aku memiliki cafe kecil di pusat kota yang tidak pasti pengunjungnya. Namun lambat laun,aku bisa mengatasi masalah itu,dan berhasil memperluas cabangku ke beberapa kota. Itulah alasan kenapa aku tidak terikat jam kerja. Aku pengangguran yang dibayar.
28 oktober 2007,jam 5 pagi.
Usai melaksanakan kewajiban subuh. Pintu rumahku terbuka. Istriku masuk dengan santainya. Seakan tak ingat kalau dia baru saja meninggalkan suaminya seharian. Kubiarkan saja dia. Yang kulihat,dia hanya makan sebentar,lalu pergi ke kamar untuk istirahat. Tak pernah kulihat dia setidak peduli ini.
Iseng,aku cek telpon genggamnya. Terdapat banyak sekali pesan dari nomor yang tidak dikenal,namun nomor itu sama semua. Pesan terakhir
berbunyi,
''terima kasih atas malam ini,sayang. Kamu hebat sekali xoxo''
Lebih dari marah,aku berlalu pergi dari kamarku. Aku tenangkan pikiranku dengan berjalan jalan keluar rumah. Bercanda sejenak dengan si ujang. Bocah itu seakan menjadi pelipur laraku. Semua yang dia katakan,dia ucapkan,selalu berhasil membuatku tertawa. Namun itu tak cukup untuk singkirkan kenyataan bahwa istriku berselingkuh. Ya,aku sudah memiliki terlalu banyak bukti untuk hipotesis itu. Kini yang harus kulakukan adalah menjaga hati ini agar tidak tertutup amarah,dan melakukan tindakan bodoh. Entah apapun tindakan itu.
29 oktober 2007
Istriku membangunkanku. ''ayah,bangun..''. Kembali aku teringat bagaimana nikmatnya dia selingkuh dibelakangku,hingga kini aku jijik dipanggil ayah olehnya. ''ayaah,bangun..!!'',ucapnya setengah berteriak,sambil mencolek jari kakiku. Dia tahu aku tidak suka diperlakukan seperti itu. Aku pun terduduk bangun. Dia lalu mengulurkan tangannya yang menggenggam kertas kecil,seperti lakmus. Tak jelas,aku pun meraih kacamataku disamping kasur. ''apa itu??'',tanyaku. ''ayaah,aku hamil..!!!'',ucapnya dengan tersenyum sembari menjatuhkan bulir bulir airmata. Satu hal yang aku tanyakan adalah,bagaimana bisa dia hamil,sedangkan selama seminggu ini aku bahkan tidak menjamah tubuhnya sama sekali?? ''wow,itu berita bagus bunda..!!!'',ucapku berusaha tutupi curigaku. ''kita harus beritahukan kabar gembira ini ke keluarga besar kita'',lanjutku. ''sepertinya jangan dulu,ayah. Biarkan saja mereka tahu dengan sendirinya.'' ucapnya lembut dengan tersenyum. Seakan tak sadar kalau yang dia ucapkan itu bertentangan dengan keinginanku.
Hari hari setelah itu,dia tidak pernah lagi keluar malam,mengingat dia yang kini sudah berbadan dua. Waktunya hanya dihabiskan untuk membaca novel kesukaannya dan melihat televisi. Dia juga tak pernah lagi melakukan pekerjaan rumah. Aku yang harus menggantikan posisinya. Pagi pagi sekali aku menyapu,mengepel,membersihkan dapur,memasak,dan semua hal lain yang harusnya dia lakukan. ''Tapi tak apalah,daripada dia keguguran'',batinku.
7 juli 2008,pukul 1 dinihari
Istriku terlihat gelisah sekali,berulangkali dia membangunkanku. ''ayaaah,si kecil mau keluar..!!'',teriaknya. Aku yang setengah sadar langsung membopong istriku ke mobil dan melaju menuju rumah sakit terdekat. Dokter yang sudah ada janji dengan kita langsung menangani istriku dengan baik dan cekatan. ''pak,bapak boleh dampingi istri bapak kalau mau'',ujar pak dokter. ''ah tidak dok,saya tunggu diluar saja,saya juga harus memberi kabar dengan keluarga besar'',jawabku. ''jangan lupa berdoa ya pak'',lanjut pak dokter seraya tersenyum. ''dari wajah pak dokter saja saya yakin kalo proses kelahiran ini berhasil'',ucapku sekenanya. Dokter itu tersenyum lalu berlalu pergi ke ruang operasi. Aku pun terduduk di depan ruang operasi,sembari tak henti hentinya mengetikkan pesan singkat pada keluargaku dan keluarga istriku akan kabar bahagia ini. Sembari tak henti juga mulutku berdzikir berdoa agar proses kelahiran ini lancar tanpa ada gangguan.
Satu setengah jam berlalu. Pak dokter itu keluar dari ruangan operasi. ''selamat pak,anda sudah menjadi ayah sekarang,anaknya lahir dengan normal dan sehat,jenis kelaminnya perempuan,istri anda juga sehat wal afiat,bapak boleh menengok istri bapak sekarang'',''terima kasih banyak,dok'',ujarku sambil berlari kecil memasuki ruang operasi. Kudapati istriku sedang menyusui bayi mungil itu. ''hai ayah,anakmu sudah lahir'',ujar istriku sembari tersenyum manis sekali. Aku memeluknya dengan hangat,sejenak kulupakan kebiasaan buruknya 9 bulan lalu. Aku juga baru menyadari kalau dia baru saja mengatakan ''anakmu..'',padahal sudah jelas kalau bayi itu bukan darah dagingku.
9 agustus 2008
Setelah sholat ashar,aku beristirahat di kamarku. Seketika telpon genggam istriku bergetar kembali. Kulihat layarnya,tertulis nomor yang mungkin akan selalu tercetak di otakku. Kubuka pesannya,disitu tertulis,
'' hei sayang,malam ini mampir yaa?? Miss you ''
Seperti terbiasa,aku pun meletakkan kembali telpon genggam istriku. Namun kali ini,aku mempunyai sebuah rencana.
''ayah,bunda mau pergi ke rumah keluarga bunda dulu ya'',''oh iya bunda,hati hati ya''. Lalu istriku menutup pintu,dan pergi menjauh. Aku berjingkat,dan mengintip lewat jendela. Istriku memakai mobilku,akhirnya aku pun mengeluarkan sepeda motor kesayanganku. Aku ikuti dia. Aku kenal jalan rumahnya,dan ini bukan jalan menuju rumahnya. Dia pergi agak jauh dari rumah. Menuju ke pinggiran kota. Dia berhenti didepan sebuah rumah kecil. Lalu dari rumah itu keluar seorang pria. Sayangnya,aku mengenalnya. Pria itu adalah kawan baik istriku. Dia adalah teman satu gengnya sewaktu sma. Mereka berdua berpelukan sembari masuk ke dalam rumah. Suasana begitu hening sampai aku bisa mendengar suara pintu itu dikunci. Aku turun dari motorku,kutuntun didepan rumahnya,dan mulai berjingkat. Aku mengintip lewat jendela,istriku sedang bermesraan dengan lelaki itu. Panas sekali hatiku,namun aku sukses meredam amarahku. Sejenak kemudian mereka masuk kedalam kamar,dan kembali bisa kudengar pintu kamar itu dikunci.
Aku kembali ke sepeda motorku,mengambil perkakas. Dengan hati hati aku mencongkel jendela rumah itu. Aku berhasil masuk kerumahnya. Aku berjingkat menuju kamar maksiat itu. Terdengar desahan desahan istriku yang begitu kukenal dan ''sempat'' kusayang. Aku menengok ke lubang ventilasi kamar itu. Kulihat,dengan mata kepalaku sendiri,istriku sedang bermesraan dan bercumbu dengan lelaki itu. Tanpa pikir panjang,aku pun menendang pintu kamar itu. Ketika kudapati lelaki itu bertelanjang dada,sedang menggoda istriku. Aku pun kalap. Istriku berteriak. Namun percuma,kawasan itu begitu sepi sehingga tak ada yang datang. Aku langsung terlibat baku hantam dengan pria itu. ''bajingan kau..!!!'',ucapku seraya melayangkan tinjuku padanya. Kami berpukulan cukup sengit. Istriku,setelah selesai berpakaian,kabur dengan mobilnya. Sedangkan aku masih memukuli lelaki itu. Tak bicara. Tak berhenti. Aku menindihnya,dan terus menimpakan tinjuku kearah mukanya. ''ampun mas,ampuun.. Aku cuma ingin hidup..!!'',teriaknya. Namun telingaku sudah tertutup oleh amarahku. Aku berhenti ketika kulihat dia sudah tergeletak tak berdaya,mukanya penuh lebam. Aku langsung pergi kembali ke rumahku.
Sesampainya dirumah,kudapati istriku terduduk menangis sedang meletakkan pakaiannya kedalam koper besar. Aku menyeret koper itu dan membuangnya. Isinya berhamburan keluar. ''apa yang ada di otakmu sehingga kamu tega berselingkuh dibelakangku hah??'',''maaf mas,maaf''. Berulangkali kata itu yang kudengar. ''lalu kenapa sekarang kamu berkemas?? Kamu mau meninggalkanku apa?? Sudah 4 tahun kita bersama,sudah gilakah kamu??'',''maaf mas,aku khilaf'',''aku juga ingin minta penjelasan soal anak itu,kamu jujur sama aku sekarang,apakah itu darah dagingku?? Karena aku tidak yakin itu anakku'','' benar mas,itu anakmu'',''JANGAN BOHONG..!!!'',''ampun mas,ampun'',''ampun apa?? Kamu kemanakan otakmu itu hah?? Tak puas kamu dengan aku yang sudah mencintaimu sama seperti dahulu?? Apa harus kamu cari kehangatan pria lain diluar sana?? Kembalikan istriku yang dulu kucinta..''. Kugoncang pundaknya yang bergetar. Karena tak kuasa lagi,aku pun meninggalkannya menangis tersedu,dan kupacu sepeda motorku menuju jembatan tua dekat desaku. Inilah satu satunya kenanganku yang paling berharga dengan istriku. Menuju kemari adalah kesalahan bagiku,semua kenangan itu kini menyiksaku,dimana sekarang aku kembali jatuh hati lagi padanya.
Kenangan ketika malam itu aku kabur dengannya kemari,bersandar pada satu pohon rindang disini,tertidur,dan siangnya dibangunkan oleh tukang becak yang kebetulan lewat.
Kenangan ketika sepatu kesayangannya terjatuh kedalam sungai yang tak terlalu dalam,dan tuksedo ayahku pun basah karena usahaku menyelamatkan sepatunya.
Kenangan ketika kami menorehkan inisial nama kami di pohon rindang itu. Ahh semua kenangan itu menyiksaku nikmat. Dapat kulihat bekas torehan inisial itu,sekarang semakin buram dan kabur terkena guyuran hujan dan terpaan usia. Sama seperti sang empunya.
Perlahan aku bersandar pada jembatan itu,letaknya yang dipinggir desa membuat malam itu menjadi sepi. Tak ada satu orang pun lewat pada malam itu. Aku merasa tenang. Aku merasa sendiri. Aku merasa inilah saat saat untukku. Kuberanikan diri duduk di pinggiran jembatan itu. Kurasakan angin malam pelan menghembusku,seakan menambah hasratku untuk lompat dan jatuh. Ya,aku ingin bunuh diri. Aku tak tahu mengapa seperti tidak ada tempat lain untukku bunuh diri,hanya jembatan inilah yang terlintas di otakku. Mungkin karena timbunan kenanganku dengan istriku... mantan istri,maksutku. Aku ingin,setidaknya disinilah aku gila karena dia,hidup karena dia,tertawa bersamanya,dan kini,mati karena dia. Perlahan aku berdiri,dan mengumpulkan seluruh keberanianku,untuk terjun. Sejenak aku mendengar,sayup sayup suara sirine. Polisi. Semakin keras,dan dekat.
''pak,ini bisa diselesaikan dengan baik baik,pak. Saya sudah menangkap pria idaman lain istri anda,beserta istri anda,pak. Turun ya pak??''. Teriakan polisi itu membuyarkan malamku yang sunyi. 15 menit kemudian,warga sudah mengelilingiku,mencoba bernegosiasi denganku. Aku bisa dengar mereka menggunjing tentang istriku. Bagaimana seorang wanita berjilbab pendiam,pemalu,cantik,dan sholehah bisa berselingkuh. ''tanyakan saja pada dia,bu'',ucapku perlahan. Aku menutup mataku. Sesaat,kurasakan hening yang kudambakan. Namun tak sehening awal tadi. ''pak,semua masalah pasti ada solusinya,pak. Yang penting anda harus tenang..!!''
Kututup mataku,kubentangkan tanganku,kucoba rasakan kebebasan sesaat ini. Teriakan orang orang semakin keras kudengar,namun entah mengapa,seakan suara mereka memudar. Yang hanya bisa kudengar adalah tiupan angin yang perlahan berbisik,''turunlah.. Aku punya kejutan untukmu..''. Perlahan kutundukkan kepalaku,dan condongkan tubuhku kedepan.
Aku jatuh.
27 oktober 2007, 23.30
Aku tidur dengan rasa cemburu yang sedikit menyeruak dari hati. Sampai larut malam ini istriku belum kembali dari perginya. Dia berjanji hanya keluar dengan teman teman Sma-nya dulu,tapi nyatanya sampai jam segini belum kudapat balasan dari 8 pesan singkat yang kukirim padanya. Ada apa ini?
Aku terkejut dengan goyangnya kasurku. Kurasakan ada yang naik ke kasurku. Hembusan nafasnya hangat,bau parfumnya akrab di hidungku. Kunikmati sesaat. Kecupan hangat bibirnya membasahiku pipiku. Dia pun tertidur pulas disampingku.
Aku terbangun. Terduduk. Istriku ikut terbangun. ''ayaahh..'',ucapnya seraya memelukku,hangat sekali,nyaman sekali. ''bunda sudah pulang?? Kok larut sekali??'',ujarku. Dia hanya tersenyum dan memelukku,erat sekali. Seraya berbisik,
''.. Bunda sudah bisa menaksir mimpi ayah,dan ayah bisa pastikan sendiri,kalau hati bunda,yang ada diraga bunda,hanya untuk ayah ..''
''.. Beruntung sekali bunda bisa menjadi istri ayah,dan tidak akan pernah menyia nyiakan ayah dengan pergi dan mencari kehangatan lain diluar sana ..''
''.. Dihati ayah,bunda bernaung ..''
''.. Dihati ayah,bunda tertidur ..''
''.. Dihati ayah,bunda baktikan seluruh hidup bunda untuk menjadi pendamping ayah ..''
''.. Dihati ayah,bunda menutup mata ..''
Dan dimalam itu,aku mendapatkan istriku kembali..
No comments:
Post a Comment